PEMAHAMAN
TEMA
Pemahaman tema dapat di mengerti dengan terlebih dahulu
menjelaskan pengertian potensi. Potensi dipahami sebagai kemampuan atau kekuatan
atau kesanggupan atau daya yang dimiliki oleh setiap manusia.[1]
Agar potensi tersebut dapat tergali dan bermanfaat baik
untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih dapat untuk kemuliaan Tuhan,
maka harus dilakukan pemberdayaan. Kata pemberdayaan berarti melakukan tindakan
memberdayakan yaitu suatu upaya-upaya melalui cara-cara agar menjadi berdaya,
berkekuatan, berkemampuan ataupun bertenaga.[2]
Siapakah yang menjadi obyek sekaligus subyek dari
pemberdayaan ini? Adalah semua warga jemaat GKJ Demak tanpa terkecuali dan
masyarakat umum yang bisa terjangkau. Semua harus proaktif dan berdaya guna.
Itulah basisnya yaitu warga jemaat GKJ Demak dan masyarakat umum yang merupakan
pangkalan[3]
atau tempatnya untuk melakukan upaya-upaya melalui cara-cara yang ditetapkan
guna mengungkit potensi dimaksud. Dengan
kata lain, jikalau kita bicara tentang penggalian potensi dan manusia sebagai
obyek sekaligus subyek sasaran, hal itu berarti kita berbicara tentang SDM
(Sumber Daya Manusia). Oleh karena itu yang menjadi perhatiannya adalah
bagaimana meningkatkan sumber daya tersebut sehingga potensinya dapat
berlipat-ganda dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.[4]
Olah potensi itulah yang kita maksudkan dengan pelayanan.
Hal itu berarti bahwa pelayanan adalah suatu aktifitas berbuat dan bertindak
secara proaktif, inisiatif, kreatif, inofatif serta tepat guna. Pelayanan bukan
“duduk termangu menunggu yang datang”. Pelayanan bukan pula melihat sambil menunjuk-nunjuk
kesalahan.
Jadi tema ini dimaksudkan agar potensi-potensi yang ada pada
setiap basis warga jemaat benar-benar
tergali menjadi suatu kekuatan atau kemampuan atau tenaga yang dapat dijadikan
sebagai modal dasar untuk berkarya dalam
pelayanan secara holistik sampai ke
ranah masyarakat. Walaupun penekananan tema pada ranah finansial ekonomi
jemaat, hal itu tidak berarti ranah rohani (=spiritualitas) juga harus tetap
berjalan seimbang.
Tulisan Pdt Josef P Widyatmaja, M.Th tentang Praksis Teologi
Akar Rumput dalam Kehidupan yang dimuat di Buku Teologi Operatif (Berteologi
dalam Konteks Kehidupan yang Pluralistik di Indonesia)[5]
mengungkapkan pemaknaan akan tanaman Rumput yang member kehidupan.
SEBUAH ILUSTRASI
Percakapan antara pohon cengkeh, kelapa, beringin dan
rumput. Pohon Cengkeh: Saya adalah pohon yang paling kaya sebab dapat
menghasilkan cengkeh untuk kebutuhan pabrik rokok. Berbicara tentang cengkeh
adalah berbicara tentang uang sebab dari cengkeh menghasilkan rokok dan dari
rokok keluarlah uang. Dengan uang orang bisa melakukan apa saja.
Pohon Kelapa: Saya adalah pohon yang paling pintar sebab
saya bertumbuh tinggi. Semua bagian tubuh saya dapat digunakan untuk
kepentingan manusia. Daun, batang, lidi, buah dan sabut kelapa semua
bermanfaat. Aku dibutuhkan dan dicari oleh samua manusia. Oleh karena aku, manusia dapat menjadi kaya.
Pohon Beringin: Saya adalah pohon yang paling berkuasa di
Indonesia. Sebab aku selalu dicari semua orang dari segala penjuru pada setiap
malam Kamis Kliwon hanya untuk meminta berkat dari saya. Manusia bisa mencapai
apa yang diinginkan, terkabul cita-citanya: pangkat, jabatan, kekayaan oleh karena berkatku.
Bagaimana dengan Rumput? Tidak ada sesuatu yang dapat
dipamerkan. Katanya:”Aku adalah rumput yang
malang. Tubuhku kurus tandaa kurang makan. Kalau akau tumbuh makin
tinggi, manusia memangkasku dan binatangpun memakanku. Setiap hari aku
diinjak-injak. Kotoran dan bau yang tak sedap sering dilempar kepadaku. Aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku
banggakan seperti Cengkeh, Kelapa dan Beringin. Hidupku sebagai rumput hanya
laayak untuk menjadi korban. Hidupku hanya supaya makhluk lain bisa hidup.
Pada malam hari, badai dan hujan datang melanda kampung itu.
Pohon Cengkeh, Kelapa dan Beringin tumbang dan hanyut semuanya. Hanya rumput
yang tetap tegar, tumbuh dan berkembang semakin subur. Sehingga tetap dapat
memberikan dirinya bagi ciptaan lain. “Hidup Untuk Menghidupi Ciptaan Lain”.
PEMAKNAAN AYAT
Dalam Mazmur 104:14 memberi pemaknaan bahwa Allah
menumbuhkan rumput bukan utuk bersaing dengan
cengkeh, kelapa dan beringin. Allah menumbuhkan rumput agar bisa hidup
demi menghidupi hewan-hewan ciptaan Tuhan. Rumput tidak hidup untuk dirinya sendiri,
melainkan hidup untuk memberi kehidupan bagi
yang lain. Nabi Yesayapun juga mengkisahkan manusia seperti rumput yang
lemah lunglai dan akhirnya mati kering (Yesaya 40:6-8).
Mencermati pola pelayanan jemaat mula-mula yang memberi
penekanan pada keseimbangan segi spiritual (rohani) dan segi jasmani, maka
menjadi arahan tema tahun ini yaitu Pelayanan Pemberdayaan Potensi Berbasis
Jemaat dengan tekanannya pada segi spiritual (rohani) dan segi jasmani.
Dalam pelaksanaannya perlu diatur secara sistematis job
discription yang jelas dimulai dari Struktur Majelis sampai ke Komisi, Forum,
Tim maupun kelompok agar jelas penanganannya dan tidak “tumpang tindhih” dalam
pelayanan. Oleh karena itu ada beberapa hal penting yang harus mendapat
perhatian kita bersama:
1.
Tata Pelayanan Majelis.
Dalam Tata Gereja Bab I Ketentuan Umum,
Pasal 1 Penjelasan Istilah telah diterangkan bahwa yang namanya Majelis itu
terdiri dari Penatua, Pendeta, Diaken yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan organisasi gereja, kesaksian dan pemeliharaan keselamatan warga
gereja.[6]
Lihat juga tugas Majelis dalam Talak
Ps.5(1).
Adapun tugas utama Penatua adalah melaksanakan pemerintahan gereja, dengan
rincian: Penetapan visi-misi gereja, pengelolaan organisasi gereja, menetapkan kebijakan
pelayanan, rapat-rapat. Talak Ps.6(3)1.
Tugas
urtama Pendeta adalah pelayanan sakramen, pelayanan pengakuan percaya
(sidi), pelayanan pengakuan pertobatan,
pelayanan Penahbisan dan atau peneguhan pejabat gerejawi serta
pelantikan badan-badan pembantu Majelis, Pelayanan Peneguhan Pernikahan dan
Pemberkatan Perkawinan. Talak
Ps.7(4)
Sedangkan Tugas utama Diaken adalah memelihara iman warga gereja dengan cara
memperhatikan kesejahteraan hidup warga gereja dan melaksanakan pelayanan
kepada masyarakat umum. Talak Ps. 6(3)2. Yang menjadi fokus layanan Majelis Diaken adalah perhatiannya
pada kesejahteraan hidup jemaat maupun masyarakat baik secara finansial maupun
kebutuhan hidup lainnya. Penekanannya kepada segi jasmani. Dalam kaitannya
dengan program Komisi, Forum, Tim, Kelompok yang mempunyai program pemberdayaan
ekonomi jemaat, maka Majelis Diaken ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan
program tersebut.
Demikian pula telah dipertegas dalam Tata
Laksana GKJ Ps.54 tentang Pelayanan Sosial Ekonomi. (1) Pelayanan sosial
ekonomi adalah tindakan yang dilakukan oleh Gereja untuk memberdayakan warga
Gereja mengatasi kesulitan dalam hal kebutuhan sosial ekonomi demi terpelihara
imannya. (2) Pelayanan sosial ekonomi
yang dilakukan oleh Gereja dapat bersifat konsumtif (Kharitatif,
pemberdayaan (Reformatif) dan Penyadaran (Transformatif).[7]
Tiga tahapan penerapan itu diupayakan supaya tidak hanya cukup puas dengan
menerima pemberian ikan terus menerus. Namun juga harus diberi kail untuk
berusaha mencari/bekerja. Jikalau keduanya itu telah menjadi kebutuhan untuk
dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah memotifasi agar selalu muncul rasa tanggung jawab/sadar untuk
mengupayakannya terus-menerus.
Walaupun Majelis –Penatua, Pendeta, Diaken--
itu mempunyai tugas utamanya masing-masing, namun juga mempunyai tugas bersama dalam rangka pertumbuhan
dan perkembangan gereja. Pahami Talak Ps.5(1).
2.
Program Majelis, Komisi, Forum, Tim, Kelompok
Memperhatikan arahan tema tersebut,
maka diharapkan program Majelis,
Komisi, Forum, Tim, Kelompok memperhatikan keseimbangan pelayanan antara segi
rohani dengan segi jasmani. Segi rohani dalam pemenuhan pertumbuhan dan
perkembangan iman ke arah kedewasaan iman dan segi jasmani dalam pemenuhan
kesejahteraan hidup jemaat maupun masyarakat baik secara finansial maupun
kebutuhan hidup lainnya.
Itulah yang harus diupayakan untuk bisa
melakukan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi segi rohani dan jasmani
jemaat. Pelayanan yang menyeluruh inilah yang dimaksudkan dengan pelayanan
holistik. Harapan yang terkandung adalah jikalau pelayanan pemberdayaan ekonomi
jemaat dapat berjalan terus-menerus, maka itu menjadi embrio untuk diupayakan
menjadi sebuah wadah/lembaga gereja yang menangani dibidang pemberdayaan
ekonomi.
[1] Depertemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h.
890.
[4] Emanuel Gerrit
Singgih, Bergereja, Berteologi dan
Bermasyarakat, Yogyakarta: Tamaan Pustaka Kristen, 2007, h.
90
[5]
Asnath N Natar, Dkk (Penyunting), (Teologi Operatif (Berteologi dalam
Konteks Kehidupan yang Pluralistik di Indonesia), Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003, 39-51.
[6] Sinode GKJ, Himpunan Pokok-pokok Ajaran Gereja, Tata Gereja dan Tata
Laksana, Pertelaan Peraturan Pembimbingan dan Ujian Calon Pendeta, Peraturan
Kesejahteraan Pendeta dan Karyawan, Salatiga: Sinode GKJ, 2005, h.111






0 komentar:
Posting Komentar