Senin, 25 November 2019

Pelayanan Pemberdayaan Potensi Berbasis Jemaat dan Masyarakat (Mazmur 104:14, Yesaya 40:6-8)






PEMAHAMAN TEMA

Pemahaman tema dapat di mengerti dengan terlebih dahulu menjelaskan pengertian potensi. Potensi dipahami sebagai kemampuan atau kekuatan atau kesanggupan atau daya yang dimiliki oleh setiap manusia.[1]
Agar potensi tersebut dapat tergali dan bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih dapat untuk kemuliaan Tuhan, maka harus dilakukan pemberdayaan. Kata pemberdayaan berarti melakukan tindakan memberdayakan yaitu suatu upaya-upaya melalui cara-cara agar menjadi berdaya, berkekuatan, berkemampuan ataupun bertenaga.[2]
Siapakah yang menjadi obyek sekaligus subyek dari pemberdayaan ini? Adalah semua warga jemaat GKJ Demak tanpa terkecuali dan masyarakat umum yang bisa terjangkau. Semua harus proaktif dan berdaya guna. Itulah basisnya yaitu warga jemaat GKJ Demak dan masyarakat umum yang merupakan pangkalan[3] atau tempatnya untuk melakukan upaya-upaya melalui cara-cara yang ditetapkan guna mengungkit  potensi dimaksud. Dengan kata lain, jikalau kita bicara tentang penggalian potensi dan manusia sebagai obyek sekaligus subyek sasaran, hal itu berarti kita berbicara tentang SDM (Sumber Daya Manusia). Oleh karena itu yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana meningkatkan sumber daya tersebut sehingga potensinya dapat berlipat-ganda dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.[4]  
Olah potensi itulah yang kita maksudkan dengan pelayanan. Hal itu berarti bahwa pelayanan adalah suatu aktifitas berbuat dan bertindak secara proaktif, inisiatif, kreatif, inofatif serta tepat guna. Pelayanan bukan “duduk termangu menunggu yang datang”. Pelayanan bukan pula melihat sambil menunjuk-nunjuk kesalahan.   
Jadi tema ini dimaksudkan agar potensi-potensi yang ada pada setiap basis warga jemaat  benar-benar tergali menjadi suatu kekuatan atau kemampuan atau tenaga yang dapat dijadikan sebagai modal dasar  untuk berkarya dalam  pelayanan secara holistik sampai ke ranah masyarakat. Walaupun penekananan tema pada ranah finansial ekonomi jemaat, hal itu tidak berarti ranah rohani (=spiritualitas) juga harus tetap berjalan seimbang.
Tulisan Pdt Josef P Widyatmaja, M.Th tentang Praksis Teologi Akar Rumput dalam Kehidupan yang dimuat di Buku Teologi Operatif (Berteologi dalam Konteks Kehidupan yang Pluralistik di Indonesia)[5] mengungkapkan pemaknaan akan tanaman Rumput yang member kehidupan.

SEBUAH ILUSTRASI

Percakapan antara pohon cengkeh, kelapa, beringin dan rumput. Pohon Cengkeh: Saya adalah pohon yang paling kaya sebab dapat menghasilkan cengkeh untuk kebutuhan pabrik rokok. Berbicara tentang cengkeh adalah berbicara tentang uang sebab dari cengkeh menghasilkan rokok dan dari rokok keluarlah uang. Dengan uang orang bisa melakukan apa saja.
Pohon Kelapa: Saya adalah pohon yang paling pintar sebab saya bertumbuh tinggi. Semua bagian tubuh saya dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Daun, batang, lidi, buah dan sabut kelapa semua bermanfaat. Aku dibutuhkan dan dicari oleh samua manusia.  Oleh karena aku, manusia dapat menjadi kaya.
Pohon Beringin: Saya adalah pohon yang paling berkuasa di Indonesia. Sebab aku selalu dicari semua orang dari segala penjuru pada setiap malam Kamis Kliwon hanya untuk meminta berkat dari saya. Manusia bisa mencapai apa yang diinginkan, terkabul cita-citanya: pangkat, jabatan, kekayaan  oleh karena berkatku.
Bagaimana dengan Rumput? Tidak ada sesuatu yang dapat dipamerkan. Katanya:”Aku adalah rumput yang  malang. Tubuhku kurus tandaa kurang makan. Kalau akau tumbuh makin tinggi, manusia memangkasku dan binatangpun memakanku. Setiap hari aku diinjak-injak. Kotoran dan bau yang tak sedap sering dilempar kepadaku.  Aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku banggakan seperti Cengkeh, Kelapa dan Beringin. Hidupku sebagai rumput hanya laayak untuk menjadi korban. Hidupku hanya supaya makhluk lain bisa hidup.
Pada malam hari, badai dan hujan datang melanda kampung itu. Pohon Cengkeh, Kelapa dan Beringin tumbang dan hanyut semuanya. Hanya rumput yang tetap tegar, tumbuh dan berkembang semakin subur. Sehingga tetap dapat memberikan dirinya bagi ciptaan lain. “Hidup Untuk Menghidupi Ciptaan Lain”.        

PEMAKNAAN AYAT

Dalam Mazmur 104:14 memberi pemaknaan bahwa Allah menumbuhkan rumput bukan utuk bersaing dengan  cengkeh, kelapa dan beringin. Allah menumbuhkan rumput agar bisa hidup demi menghidupi hewan-hewan ciptaan Tuhan. Rumput tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan hidup untuk memberi kehidupan bagi  yang lain. Nabi Yesayapun juga mengkisahkan manusia seperti rumput yang lemah lunglai dan akhirnya mati kering (Yesaya 40:6-8).
Mencermati pola pelayanan jemaat mula-mula yang memberi penekanan pada keseimbangan segi spiritual (rohani) dan segi jasmani, maka menjadi arahan tema tahun ini yaitu Pelayanan Pemberdayaan Potensi Berbasis Jemaat dengan tekanannya pada segi spiritual (rohani) dan segi jasmani.
Dalam pelaksanaannya perlu diatur secara sistematis job discription yang jelas dimulai dari Struktur Majelis sampai ke Komisi, Forum, Tim maupun kelompok agar jelas penanganannya dan tidak “tumpang tindhih” dalam pelayanan. Oleh karena itu ada beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian kita bersama:

1.      Tata Pelayanan Majelis.

Dalam Tata Gereja Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Penjelasan Istilah telah diterangkan bahwa yang namanya Majelis itu terdiri dari Penatua, Pendeta, Diaken yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan organisasi gereja, kesaksian dan pemeliharaan keselamatan warga gereja.[6] Lihat juga tugas Majelis dalam  Talak Ps.5(1).
Adapun tugas utama Penatua adalah melaksanakan pemerintahan gereja, dengan rincian: Penetapan visi-misi gereja, pengelolaan organisasi gereja, menetapkan kebijakan pelayanan, rapat-rapat. Talak Ps.6(3)1. 
Tugas urtama Pendeta adalah pelayanan sakramen, pelayanan pengakuan percaya (sidi), pelayanan pengakuan pertobatan,  pelayanan Penahbisan dan atau peneguhan pejabat gerejawi serta pelantikan badan-badan pembantu Majelis, Pelayanan Peneguhan Pernikahan dan Pemberkatan Perkawinan.  Talak Ps.7(4) 
Sedangkan Tugas utama Diaken adalah memelihara iman warga gereja dengan cara memperhatikan kesejahteraan hidup warga gereja dan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat umum. Talak Ps. 6(3)2. Yang menjadi fokus  layanan Majelis Diaken adalah perhatiannya pada kesejahteraan hidup jemaat maupun masyarakat baik secara finansial maupun kebutuhan hidup lainnya. Penekanannya kepada segi jasmani. Dalam kaitannya dengan program Komisi, Forum, Tim, Kelompok yang mempunyai program pemberdayaan ekonomi jemaat, maka Majelis Diaken ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan program tersebut. 
Demikian pula telah dipertegas dalam Tata Laksana GKJ Ps.54 tentang Pelayanan Sosial Ekonomi. (1) Pelayanan sosial ekonomi adalah tindakan yang dilakukan oleh Gereja untuk memberdayakan warga Gereja mengatasi kesulitan dalam hal kebutuhan sosial ekonomi demi terpelihara imannya. (2) Pelayanan sosial ekonomi  yang dilakukan oleh Gereja dapat bersifat konsumtif (Kharitatif, pemberdayaan (Reformatif) dan Penyadaran (Transformatif).[7] Tiga tahapan penerapan itu diupayakan supaya tidak hanya cukup puas dengan menerima pemberian ikan terus menerus. Namun juga harus diberi kail untuk berusaha mencari/bekerja. Jikalau keduanya itu telah menjadi kebutuhan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah memotifasi agar selalu muncul  rasa tanggung jawab/sadar untuk mengupayakannya terus-menerus. 
 Walaupun Majelis –Penatua, Pendeta, Diaken-- itu mempunyai tugas utamanya masing-masing, namun juga mempunyai tugas bersama dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan gereja. Pahami  Talak Ps.5(1).

2.      Program Majelis, Komisi, Forum, Tim, Kelompok

Memperhatikan arahan tema tersebut, maka diharapkan program Majelis, Komisi, Forum, Tim, Kelompok memperhatikan keseimbangan pelayanan antara segi rohani dengan segi jasmani. Segi rohani dalam pemenuhan pertumbuhan dan perkembangan iman ke arah kedewasaan iman dan segi jasmani dalam pemenuhan kesejahteraan hidup jemaat maupun masyarakat baik secara finansial maupun kebutuhan hidup lainnya.
Itulah yang harus diupayakan untuk bisa melakukan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi segi rohani dan jasmani jemaat. Pelayanan yang menyeluruh inilah yang dimaksudkan dengan pelayanan holistik. Harapan yang terkandung adalah jikalau pelayanan pemberdayaan ekonomi jemaat dapat berjalan terus-menerus, maka itu menjadi embrio untuk diupayakan menjadi sebuah wadah/lembaga gereja yang menangani dibidang pemberdayaan ekonomi.


[1]  Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 890.
[2]  Ibid., h. 241-242.
[3]  Ibid., h. 111
[4]  Emanuel Gerrit Singgih, Bergereja, Berteologi dan Bermasyarakat, Yogyakarta: Tamaan Pustaka Kristen, 2007, h. 90
[5]  Asnath N Natar, Dkk (Penyunting), (Teologi Operatif (Berteologi dalam Konteks Kehidupan yang Pluralistik di Indonesia), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, 39-51.
[6]  Sinode GKJ, Himpunan Pokok-pokok Ajaran Gereja, Tata Gereja dan Tata Laksana, Pertelaan Peraturan Pembimbingan dan Ujian Calon Pendeta, Peraturan Kesejahteraan Pendeta dan Karyawan, Salatiga: Sinode GKJ, 2005, h.111
[7]   Ibid., 221

0 komentar:

Posting Komentar