Senin, 25 November 2019

“Mengungkit Potensi Diri, Bagi Pengembangan Talenta.” Matius 25:14-30



PEMAHAMAN TEMA

Mengungkit adalah mengangkat.[1] Dalam kaitannya dengan tema, mengungkit berarti mengangkat. Barang berharga yang terpendam dan tidak digunakan harus diungkit/diangkat agar bisa difungsikan kegunaannya sehingga bermanfaat. Sedangkan Potensi (=talenta) adalah kemampuan yang harus  dikembangkan agar berdaya guna.[2] Berdasarkan Injil Lukas 25:14-30 menerangkan bahwa setiap jemaat dikaruniai bakat kemampuan yang harus  ditumbuhkembangkan. Dan banyak terjadi jemaat belum mengetahui bakat talentanya, itulah persoalannya. Untuk mengetahui bakat dan talenta maka keterlibatan jemaat di dalam kiprah pelayanan disetiap aktifitas pelayanan sangatlah diharapkan.   
Selain tersebut di atas, Mengungkit Potensi Diri juga dikandung maksud melakukan pembenahan, penataan dan pengadaan serta penertiban baik di Perkantoran Gereja, Majelis maupun Komisi. Demikian juga dengan aset harta benda gereja.

PEMAKNAAN AYAT

Pada umumnya suatu pekerjaan diukur dari hasilnya yang dituangkan dengan angka-angka. Namun Tuhan Yesus mempunyai ukurannya sendiri di dalam menilai suatu pekerjaan. Untuk itu Ia bercerita tentang tiga orang pegawai yang diberi modal oleh majikannya untuk dikelola dan dikembangkannya. Masing-masing menurut kesanggupannya.
Selanjutnya penegasan Andar Ismail dalam bukunya Selamat Melayani Tuhan[3] menjelaskan bahwa pegawai pertama menerima lima talenta, lalu mengembangkan modal itu dan memperoleh laba lima talenta. Pegawai kedua mendapat modal dua talenta dan berhasil memperoleh laba dua talenta. Pegawai ketiga mendapat satu talenta dan tidak mengembangkannya sehingga tidak memperoleh laba. Dikemudian hari majikan pulang dan meminta pertanggungjawaban. Majikan itu memuji pegawai pertama dan kedua: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar” (21,23). Tetapi pegawai ketiga dimarahi karena tidak mempertanggungjawabkan talenta yang dipercayakan kepadanya: “Hai kamu hamba yang jahat dan malas ....”
Sepintas perumpamaan ini memberi penekanan bahwa yang diukur adalah hasilnya yaitu lima, dua dan nol talenta. Namun sebenarnya bukan itu yang menjadi pokok perhatian Tuhan Yesus. Penekanan dalam perumpamaan itu adalah sikap terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Pegawai pertama dan kedua dipuji bukan karena hasil yang diperolehnya, melainkan karena komitmen mereka dalam menjalankan tugas. Sang majikan bukan berkata: “Hai hambaku yang berhasil,” melainkan berkata: “Hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia ....”  Kepada pegawai ketiga majikan itu tidak  berkata hamba yang gagal melainkan hamba yang jahat dan malas. Ia dimarahi bukan karena tidak menghasilkan talenta melainkan karena ia tidak mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Sekali lagi pokok bahasan ini bukan pada jumlah talenta melainkan tentang bagaimana sikap para hamba terhadap tugas dan di dalam bertanggungjawab mengelola talenta. Sikap yang dipuji adalah sikap yang setia terhadap tugas yaitu bijaksana dalam mengatur tugas, bertanggung jawab terhadap tugas, rajin dalam menjalankan tugas, waspada dalam menjalankan tugas dan rela berlelah dalam menyelesaikan tugas. Sebaliknya, sikap yang dicela adalah sikap kerja asal-asalan, yang dilakukan dengan setengah hati, kurang bersungguh-sungguh, tidak berencana, kurang dipersiapkan dan berhenti ditengah jalan. Lebih parah lagi diberi kepercayaan tidak dilakukan, maka talenta itu akan diambil dan diberikan kepada yang bisa bertanggungjawab menggandakan (28).
Contohnya adalah saya sendiri (penulis). Saya waktu remaja bisa melukis. Melukis wajah nenak saya, melukis wajah orang tua saya seperti aslinya. Namun sampai tua bakat itu tidak saya kembangkan dan sekarang saya kalau melukis kesulitan tidak seperti dulu lagi. Kemungkinan besar talenta saya diambil dan diberikan kepada orang lain yang bisa mengembangkan talenta melukis. Semoga jemaat Tuhan di sini tidak mengalami yang sama seperti saya.     
Dalam perumpamaan tersebut ukuran yang dipakai Tuhan Yesus bukanlah produk melinkan proses (=orientasi kepada proses dan bukan tujuan). Yang dipentingkan bukanlah hasilnya melainkan proses (=usaha) mencapai hasil tersebut. Demikian pula dengan ukuran pelayanan, bukanlah hasil melainkan kesetiaan, ketekunan, kesungguhan, kegembiraan, kerelaan dan kejujuran serta tanggung jawab untuk melayani.   
Disisi lain dalam bukunya yang sama, Andar Ismail menyejajarkan talenta dengan karisma, bahwa setiap orang percaya dikaruniai karisma misalnya melayani, memberi, memimpin, mengajar, menjadi nabi, menolong, menjadi rasul, mengatur, murah hati, rela hidup sederhana, menggembalakan, menyembuhkan, mengabarkan Injil, dll (Rom 12 ; 1 Kor7, 12, 13, 14 ; Ef 3,4 dan 1 Pet 4).[4]
Contoh berikutnya adalah menjadi Majelis. Bahwa menjadi Majelis tidak harus berkhotbah, melainkan suatu keterpanggilan menjadi Majelis. Ketika seseorang jemaat terpilih menjadi Majelis, maka bakat dan taletanya, disiplin ilmu akademisnya itulah bekal yang dipakai untuk melayani sebagai Majelis. Renovasi Wisma Santika dalam kelangsungan pembangunannya dipercayakan kepada beberapa Majelis yang tahu, mau dan mempunyai kemampuan dibidang pembangunan walaupun Majelis tersebut tidak berkhotbah. Tuhan memberikan pelbagai macam karismata kepada gerejaNya (=jemaatNya) bukan secara sembarangan, melainkan dengan rencana dan maksud agar gerejaNya bertumbuh dan berkembang.[5]

APLIKASI
 
Tema ini mengajak dan memotifasi kita jemaat Tuhan kini dan di sini untuk : 1)  Menyadari bahwa setiap kita jemaatNya diberi karunia talenta dari Tuhan menurut kesanggupan kita masing-masing, 2) Tumbuhnya tekat bulat mengembangkan talenta tersebut baik untuk pengembangan diri terlebih pelayanannya kepada Tuhan sebagai rasa syukurnya harus diwujudnyatakannya, 3) Justru ketika kita terlibat aktif dalam kiprah pelayanan di situlah bakat dan talenta kita akan muncul dan nampak bisa kita lihat dan rasakan, 4) Wadah untuk mengembangkan bakat dan talenta adalah di basis Komisi, Forum dan Tim melalui program-programnya.
Oleh karena itu menjadi semangat tersendiri bagi kita tentunya untuk terlibat ambil bagian dalam kiprah pelayanan demi terungkitkembangkannya bakat dan talenta kita.     
Semoga.


[1]  Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h.756.
[2]  Ibid., h. 890.
[3] Andar Ismail, Selamat Melayani Tuhan, Jakarta: BPK Gunug Muli, 2001, h. 97-99.
[4] Ibid., h.6-10
[5] Loc.Cit.

0 komentar:

Posting Komentar