PEMAHAMAN
TEMA
Mengungkit adalah mengangkat.[1]
Dalam kaitannya dengan tema, mengungkit berarti mengangkat. Barang berharga
yang terpendam dan tidak digunakan harus diungkit/diangkat agar bisa
difungsikan kegunaannya sehingga bermanfaat. Sedangkan Potensi (=talenta)
adalah kemampuan yang harus dikembangkan
agar berdaya guna.[2] Berdasarkan
Injil Lukas 25:14-30 menerangkan bahwa setiap jemaat dikaruniai bakat kemampuan
yang harus ditumbuhkembangkan. Dan
banyak terjadi jemaat belum mengetahui bakat talentanya, itulah persoalannya. Untuk
mengetahui bakat dan talenta maka keterlibatan jemaat di dalam kiprah pelayanan
disetiap aktifitas pelayanan sangatlah diharapkan.
Selain tersebut di atas, Mengungkit
Potensi Diri juga dikandung maksud melakukan pembenahan, penataan dan pengadaan
serta penertiban baik di Perkantoran Gereja, Majelis maupun Komisi. Demikian
juga dengan aset harta benda gereja.
PEMAKNAAN AYAT
Pada umumnya suatu pekerjaan diukur
dari hasilnya yang dituangkan dengan angka-angka. Namun Tuhan Yesus mempunyai
ukurannya sendiri di dalam menilai suatu pekerjaan. Untuk itu Ia bercerita
tentang tiga orang pegawai yang diberi modal oleh majikannya untuk dikelola dan
dikembangkannya. Masing-masing menurut kesanggupannya.
Selanjutnya penegasan Andar Ismail
dalam bukunya Selamat Melayani Tuhan[3]
menjelaskan bahwa pegawai pertama menerima lima talenta, lalu mengembangkan
modal itu dan memperoleh laba lima talenta. Pegawai kedua mendapat modal dua
talenta dan berhasil memperoleh laba dua talenta. Pegawai ketiga mendapat satu
talenta dan tidak mengembangkannya sehingga tidak memperoleh laba. Dikemudian
hari majikan pulang dan meminta pertanggungjawaban. Majikan itu memuji pegawai pertama
dan kedua: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar” (21,23). Tetapi pegawai ketiga dimarahi karena
tidak mempertanggungjawabkan talenta yang dipercayakan kepadanya: “Hai kamu
hamba yang jahat dan malas ....”
Sepintas perumpamaan ini memberi
penekanan bahwa yang diukur adalah hasilnya yaitu lima, dua dan nol talenta.
Namun sebenarnya bukan itu yang menjadi pokok perhatian Tuhan Yesus. Penekanan
dalam perumpamaan itu adalah sikap
terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Pegawai pertama dan kedua
dipuji bukan karena hasil yang diperolehnya, melainkan karena komitmen mereka
dalam menjalankan tugas. Sang majikan bukan berkata: “Hai hambaku yang
berhasil,” melainkan berkata: “Hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah
setia ....” Kepada pegawai ketiga
majikan itu tidak berkata hamba yang
gagal melainkan hamba yang jahat dan malas. Ia dimarahi bukan karena tidak
menghasilkan talenta melainkan karena ia tidak mengerjakan tugas yang
dipercayakan kepadanya.
Sekali lagi pokok bahasan ini bukan
pada jumlah talenta melainkan tentang bagaimana sikap para hamba terhadap tugas
dan di dalam bertanggungjawab mengelola talenta. Sikap yang dipuji adalah sikap
yang setia terhadap tugas yaitu bijaksana dalam mengatur tugas, bertanggung
jawab terhadap tugas, rajin dalam menjalankan tugas, waspada dalam menjalankan
tugas dan rela berlelah dalam menyelesaikan tugas. Sebaliknya, sikap yang
dicela adalah sikap kerja asal-asalan, yang dilakukan dengan setengah hati,
kurang bersungguh-sungguh, tidak berencana, kurang dipersiapkan dan berhenti
ditengah jalan. Lebih parah lagi diberi kepercayaan tidak dilakukan, maka talenta
itu akan diambil dan diberikan kepada yang bisa bertanggungjawab menggandakan
(28).
Contohnya adalah saya sendiri
(penulis). Saya waktu remaja bisa melukis. Melukis wajah nenak saya, melukis wajah
orang tua saya seperti aslinya. Namun sampai tua bakat itu tidak saya
kembangkan dan sekarang saya kalau melukis kesulitan tidak seperti dulu lagi.
Kemungkinan besar talenta saya diambil dan diberikan kepada orang lain yang
bisa mengembangkan talenta melukis. Semoga jemaat Tuhan di sini tidak mengalami
yang sama seperti saya.
Dalam perumpamaan tersebut ukuran yang
dipakai Tuhan Yesus bukanlah produk melinkan proses (=orientasi kepada proses
dan bukan tujuan). Yang dipentingkan bukanlah hasilnya melainkan proses
(=usaha) mencapai hasil tersebut. Demikian pula dengan ukuran pelayanan,
bukanlah hasil melainkan kesetiaan, ketekunan, kesungguhan, kegembiraan,
kerelaan dan kejujuran serta tanggung jawab untuk melayani.
Disisi lain dalam bukunya yang sama, Andar
Ismail menyejajarkan talenta dengan karisma, bahwa setiap orang percaya
dikaruniai karisma misalnya melayani, memberi, memimpin, mengajar, menjadi
nabi, menolong, menjadi rasul, mengatur, murah hati, rela hidup sederhana,
menggembalakan, menyembuhkan, mengabarkan Injil, dll (Rom 12 ; 1 Kor7, 12, 13,
14 ; Ef 3,4 dan 1 Pet 4).[4]
Contoh berikutnya adalah menjadi
Majelis. Bahwa menjadi Majelis tidak harus berkhotbah, melainkan suatu
keterpanggilan menjadi Majelis. Ketika seseorang jemaat terpilih menjadi
Majelis, maka bakat dan taletanya, disiplin ilmu akademisnya itulah bekal yang dipakai
untuk melayani sebagai Majelis. Renovasi Wisma Santika dalam kelangsungan
pembangunannya dipercayakan kepada beberapa Majelis yang tahu, mau dan
mempunyai kemampuan dibidang pembangunan walaupun Majelis tersebut tidak
berkhotbah. Tuhan memberikan pelbagai macam karismata kepada gerejaNya (=jemaatNya)
bukan secara sembarangan, melainkan dengan rencana dan maksud agar gerejaNya
bertumbuh dan berkembang.[5]
APLIKASI
Tema ini mengajak dan memotifasi kita
jemaat Tuhan kini dan di sini untuk : 1)
Menyadari bahwa setiap kita jemaatNya diberi karunia talenta dari Tuhan
menurut kesanggupan kita masing-masing, 2) Tumbuhnya tekat bulat mengembangkan
talenta tersebut baik untuk pengembangan diri terlebih pelayanannya kepada
Tuhan sebagai rasa syukurnya harus diwujudnyatakannya, 3) Justru ketika kita
terlibat aktif dalam kiprah pelayanan di situlah bakat dan talenta kita akan
muncul dan nampak bisa kita lihat dan rasakan, 4) Wadah untuk mengembangkan
bakat dan talenta adalah di basis Komisi, Forum dan Tim melalui
program-programnya.
Oleh karena itu menjadi semangat
tersendiri bagi kita tentunya untuk terlibat ambil bagian dalam kiprah
pelayanan demi terungkitkembangkannya bakat dan talenta kita.
Semoga.
[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h.756.






0 komentar:
Posting Komentar